Sri Lanka, Pribhumi.com — Krisis kemanusiaan di Sri Lanka semakin memburuk setelah jumlah korban tewas akibat banjir bandang naik menjadi 334 orang, sementara 370 warga lainnya masih dinyatakan hilang. Data terbaru ini disampaikan Pusat Penanggulangan Bencana Sri Lanka pada Minggu, sebagaimana dikabarkan media lokal.
Sejak cuaca ekstrem melanda negara tersebut pada 17 November, hujan deras, banjir, dan longsor telah menyebabkan kerusakan besar di berbagai wilayah. Siklon Ditwah, yang menerjang Sri Lanka pada Rabu lalu, memperparah kondisi hingga berdampak pada lebih dari 1,12 juta orang dari 309.607 keluarga.
Upaya pencarian dan evakuasi dilakukan tanpa henti oleh tim gabungan. Laporan News 1st menyebutkan bahwa 1.275 pusat bantuan kini aktif dan menampung sekitar 180.499 pengungsi yang kehilangan tempat tinggal. Militer Sri Lanka juga mengerahkan operasi udara dan darat untuk mendekati wilayah yang terisolasi banjir.
Namun, operasi kemanusiaan tidak lepas dari tantangan. Sebuah helikopter Angkatan Udara Sri Lanka jatuh saat menjalankan misi bantuan pada Minggu. Seluruh awak berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke rumah sakit, demikian laporan Daily Mirror.
Pemerintah turut mengeluarkan kebijakan penting untuk menekan risiko keselamatan publik. Seluruh universitas, perguruan tinggi, dan pusat pelatihan vokasi di bawah Kementerian Pendidikan Sri Lanka diliburkan hingga 8 Desember, menurut laporan Ada Derana.
Presiden Anura Kumara Dissanayake secara resmi menyatakan keadaan darurat nasional pada Sabtu untuk mempercepat penanganan bencana. Ia juga memerintahkan pengerahan lebih dari 20.000 personel militer guna memperluas jangkauan operasi penyelamatan dan distribusi logistik.
Pemerintah Sri Lanka mengimbau warganya di luar negeri serta warga asing untuk berpartisipasi dalam upaya pemulihan. Sementara itu, otoritas kembali mengeluarkan peringatan banjir berisiko tinggi di sejumlah sungai besar dan meminta masyarakat di hilir untuk segera mengungsi.
Risiko tanah longsor juga meningkat tajam. Delapan distrik kini berada dalam status peringatan merah, mencakup area lereng curam dan permukiman rentan. Ancaman serupa turut dirasakan di India, setelah Departemen Meteorologi India merilis peringatan merah untuk sebagian Tamil Nadu, Puducherry, dan pesisir Andhra Pradesh.













