PRIBHUMI.COM, KERINCI – Tak kunjung Mereda, Polemik pelayanan di Puskesmas Semerap, Kecamatan Danau Kerinci Barat, terus memanas. Kasus dugaan penolakan pasien kritis disengat tawon, , warga Semerap, masih jadi perbincangan hangat setelah video kejadian itu viral di Facebook dan Instagram.
Kepala Puskesmas Semerap, Elyawati, sebelumnya membantah adanya penolakan pelayanan medis. Ia menegaskan pasien telah ditangani sesuai prosedur.
“Pasien datang ke UGD, langsung ditensi oleh petugas, lalu diperiksa dokter. Saat diperiksa pasien sadar, kondisi umum baik, hanya agak kesakitan. Setelah tindakan awal, keluarga sendiri yang meminta pasien dibawa ke RS Sungai Penuh, ” jelasnya, Jumat (22/8/2025).
Namun, bantahan tersebut berbanding terbalik dengan pengakuan keluarga korban. Menurut keluarga, sejak awal pasien justru tidak mendapat pelayanan layak.
“Semua yang disampaikan itu tidak benar. Boleh tanya masyarakat yang ikut memopong abang saya keluar dari UGD. Yang ada di dalam hanya dua orang tenaga honorer yang memeriksa tensi. Bahkan adik ipar saya sampai sujud ke dokter, minta abang saya diperiksa, ” ungkap Afriani, ipar korban, dengan nada kecewa.
Afriani menambahkan, bukan hanya tidak segera ditangani, dokter bahkan sempat mengucapkan kalimat yang menusuk hati keluarga.
“Dokter bilang: Mau bawa kemano bawalah, mau pergi ya pergilah!” ujarnya menirukan.
Kesaksian keluarga ini turut diperkuat oleh masyarakat yang berada di lokasi saat kejadian. Mereka menyebut pelayanan di Puskesmas Semerap memang sering dikeluhkan warga karena lamban dan tidak profesional.
Silakan tanyakan langsung ke masyarakat. Semua melihat bagaimana pelayanan puskesmas Semerap hari itu, ” tegas Afriani.
Kasus ini pun menimbulkan dua versi berbeda:
– Pihak puskesmas bersikeras sudah melakukan tindakan sesuai SOP.
– Pihak keluarga dan masyarakat menuding pasien kritis justru dibiarkan.
Kini publik menunggu klarifikasi lebih lanjut dari instansi terkait, termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, untuk menyingkap fakta sebenarnya. Sebab, di balik kisruh ini, yang dipertaruhkan bukan hanya nama baik institusi, melainkan nyawa pasien dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.